Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Buddha atau Mesias Yang Kita Nantikan Hadir di Sini Sekarang, Bagian 1 dari 8

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Halo, semua jiwa polos dan murni, yang dicintai oleh semua Surga dan Tuhan Yang Mahabesar, Yang Mahatinggi, Yang Mahakuasa. Saya hanya mencoba berbicara dengan Anda agar Anda tidak terlalu khawatir. Saya masih dalam masa pemulihan. Bagi saya, ini bukan hanya soal fisik; ini tentang batin. Pergulatan batin antara perang dan damai masih berlangsung. Dan saya berusaha mendapatkan kembali kekuatan batin saya, meskipun dari luar Anda tidak bisa melihatnya.

Saya rasa saya akan baik-baik saja, tetapi dunia selalu sangat mudah berubah. Anda tidak akan pernah tahu dari satu menit ke menit berikutnya apa yang akan dilakukan oleh banyak orang untuk mengacaukan keseimbangan kebaikan di dalam diri mereka sendiri dan di dalam masyarakat di sekitar mereka juga. Cobalah untuk selalu seimbang, maka Anda akan baik-baik saja. Seperti, jika Anda tahu di dalam diri Anda ada beberapa sifat negatif, tapi juga banyak kebaikan, maka setidaknya cobalah menyeimbangkannya. Jangan mendorong, jangan mendukung diri Anda, jangan merusak diri Anda atau memanjakan diri Anda dengan hanya mendengarkan sifat-sifat negatif Anda sendiri yang telah ditanamkan kepada Anda sejak Anda dilahirkan atau bahkan sebelum itu.

Setiap orang yang dilahirkan atau akan dilahirkan ke dunia ini harus membayar sejumlah harga tanpa bermaksud memilihnya. Itu adalah harga yang harus dibayar untuk berada di dunia yang bergejolak dan rumit ini. Karena jika Anda semua murni, maka energi Anda tak akan bercampur, tak akan menjadi bagian dari dunia ini. Anda akan mengambang ke atas, kembali ke Kediaman Surgawi. Jadi, bahkan jika para Guru/Buddha tidak harus menanggung beban karma Dunia, Mereka tidak dapat tinggal di Bumi.

Sulit untuk dijelaskan. Saya hanya akan membuat contoh sederhana; mungkin cocok. Seperti Anda pergi mencari pekerjaan dan mungkin Anda mendapatkan pekerjaan bagus, gaji bagus dan pekerjaan yang Anda sukai. Tapi kemudian, Anda masih harus menghabiskan 8 jam, 10 jam atau lebih untuk melakukan pekerjaan tersebut, meskipun pada kenyataannya tubuh Anda kadang tidak mampu melakukannya dan pikiran Anda terkadang sungguh sangat mengganggu Anda dengan membebani Anda untuk berusaha memenuhi pekerjaan yang diharapkan dari Anda. Itulah masalahnya. Itu bukan seperti sesuatu yang Anda inginkan atau tidak inginkan, Anda hanya harus melakukannya jika Anda menginginkan pekerjaan itu.

Terlahir dalam tubuh fisik, sebagian besar dari kita harus sibuk dengan beberapa pekerjaan fisik; jika tidak, Anda tidak dapat menghidupi diri Anda. Bahkan jika Anda punya warisan besar dari orang tua atau kerabat Anda, Anda masih perlu bekerja untuk memastikan bahwa warisan itu tetap ada dan cukup bagi Anda untuk terus hidup. Dan menjadi pengangguran juga merupakan pekerjaan yang sulit, karena jika Anda tidak memiliki hal-hal menarik untuk dilakukan dalam hidup Anda, maka pikiran Anda terkadang mungkin menjadi kacau atau dipengaruhi oleh kecenderungan negatif yang buruk dari dalam atau luar.

Nah, segalanya adalah pekerjaan di dunia ini. Bahkan jika Anda seorang biksu, Anda juga perlu bekerja di wihara dan juga menjaga agar Anda memiliki pengetahuan yang cukup, cukup layak untuk menjawab tuntutan dan harapan dari para pengikut Anda. Dan Anda akan dikritik; Anda akan disembah. Anda akan dituntut untuk bekerja untuk pertanyaan-pertanyaan duniawi mereka, menjawab berbagai hal. Atau, Anda akan ditempatkan di posisi yang tinggi dan mereka akan berharap bahwa Anda sudah menjadi Buddha, Anda sudah menjadi Orang Suci, dan tuntutan mereka tidak ada habisnya. Setiap hal kecil yang bersifat duniawi, mereka akan mendatangi Anda, dan jika Anda tidak menjawab atau memberikan apa yang mereka inginkan, Anda akan dicurigai dalam bentuk apa pun.

Dan ngomong-ngomong, berbicara tentang para biksu, saya baru saja teringat sesuatu. Terkadang saya melihat beberapa biksu di suatu tempat, dikritik oleh para biksu lain atau orang-orang lain. Dan terkadang jika sesuatu yang mereka katakan dipandang tidak benar atau tidak sesuai dengan sutra Buddhis, maka mereka akan dikritik atau dilecehkan, atau dilarang atau diusir – segala macam hal; itu bahkan bisa terjadi pada seorang biksu.

Oya, saya akan memberi tahu Anda, tolong jangan melakukan hal buruk apa pun kepada para biksu. Ada beberapa biksu buruk, tentu saja. Tetapi jika Anda tidak tahu banyak tentang dia, mohon jangan katakan apa pun yang merusak reputasinya dan juga upaya spiritualnya. Jangan kritik biksu mana pun; jangan biarkan mereka kehilangan pekerjaan. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka bisa dalam kapasitas mereka, terutama para biksu yang vegan, atau setidaknya vegetarian. Sama halnya dengan para biarawan lain, pendeta dan suster dari ordo lain, dari agama-agama lain.

Jika Anda tidak memahami cara kerja karma dan cara kerja situasi buruk di masa sekarang ini – bahwa planet kita dapat hancur kapan saja, setidaknya janganlah membuatnya menjadi lebih buruk bagi para biksu, para biksu Mahayana. saya tidak tahu banyak tentang Hinayana, kecuali bahwa sebagian besar dari mereka makan daging insan-hewan, daging apa saja, kapan saja. Mungkin mereka makan sekali sehari atau lebih dari sekali sehari, tapi mereka makan semua jenis daging insan-hewan.

Sang Buddha telah mengatakan bahwa siapa pun yang makan daging (insan-hewan) bukanlah murid-Nya dan Dia bukanlah guru mereka. Itu ada di Sutra Lankavatara (Tripitaka No. 671). “‘Pada saat itu, Arya (orang bijak) Mahamati (Kebijaksanaan Agung) Bodhisatwa-Mahasatwa berkata kepada Sang Buddha: ‘Bhagawan (Yang Dihormati Dunia), saya melihat bahwa di seluruh dunia, pengembaraan dalam kelahiran dan kematian, permusuhan yang terjalin, dan kejatuhan ke jalan yang jahat, semuanya disebabkan oleh makan daging dan pembunuhan berulang-ulang. Perilaku tersebut meningkatkan keserakahan dan kemarahan, dan membuat makhluk hidup tidak dapat melepaskan diri dari penderitaan. Itu sungguh sangat menyakitkan.’ […] ‘Mahamati, setelah mendengar kata-kataku, jika salah satu dari muridku tidak dengan jujur mempertimbangkan hal itu dan masih makan daging, kita harus tahu bahwa dia berasal dari silsilah candela (pembunuh). Dia bukan muridku dan aku bukan gurunya. Oleh karena itu, Mahamati, jika seseorang ingin menjadi kerabatku, dia tidak boleh makan daging apa pun.’” Itu saya tahu.

Nah, para biksu Mahayana – yang berarti para biksu “Kendaraan Besar” – mereka vegan, atau setidaknya vegetarian, yang berarti mungkin kadang mereka minum susu. Saya tidak begitu yakin apa yang mereka makan, tapi mereka menoleransi (makanan) vegetarian, tidak tahu terlalu banyak tentang bagaimana industri telur begitu brutal terhadap anak ayam dan insan-ayam, dan tidak tahu terlalu banyak tentang perlakuan tak berperikemanusiaan terhadap insan-sapi di pabrik insan-hewan. Jadi, tolong jangan terlalu keras.

Setidaknya mereka melakukan yang terbaik, apa yang mereka tahu, apa yang mereka anggap terbaik. Para biksu ini, mereka mengenakan jubah biksu. Mungkin mereka tidak berbuat banyak. Mungkin mereka tidak tahu banyak tentang ajaran Buddha. Mereka hanya tahu atau mengerti sebatas yang mereka bisa, karena mereka tidak selalu bertemu dengan seorang Guru yang baik untuk mengajari mereka makna sesungguhnya di balik semua ajaran para Buddha. Jadi, tolong diamlah. Jika Anda tidak percaya kepada mereka atau tidak menghormati mereka, setidaknya jangan menghina mereka atau membuat hidup mereka sulit. Karena mereka memakai jubah biksu, itu melambangkan welas asih dan ajaran dari para Buddha. Itu melambangkannya, setidaknya seperti itu. Jadi, mereka mungkin akan membangkitkan kembali benih dalam diri beberapa pengikut, menghidupkan kembali Welas Asih Sang Buddha. Ketika mereka melihat para biksu, biksu Mahayana, setidaknya mereka akan ingat Sang Buddha mengajarkan welas asih dan vegan.

Saya sudah beri tahu Anda dalam Sutra Surangama, Sang Buddha mengatakan bahwa kita bahkan tidak boleh memakai sutra, tidak boleh menggunakan bulu apa pun, bahkan tidak boleh minum susu – apa pun yang berhubungan dengan insan-hewan. Jadi, kebanyakan orang tidak mengetahui semua ini. Mereka tidak punya waktu dan tidak punya Guru yang baik untuk mengajari mereka. Jadi, tolonglah bersikaplah toleran.

Saya tidak bilang bahwa saya lebih baik dari Anda. Dahulu saya juga tidak toleran, ketika saya masih muda. Saat saya pertama kali menjadi biksuni. Saya melihat seorang pria yang hanya mengenakan celana pendek dan berlenggak-lenggok di depan patung-patung Buddha di kuil. Dia berdiri di depan patung-patung Buddha di kuil, di balkon – patung-patung Buddha ada di belakangnya – dan saya memarahinya habis-habisan. Saya menyuruhnya untuk segera turun dari sana karena tidak menghormati Buddha: “Kamu punya banyak tempat untuk berolahraga. Kamu tidak bisa berdiri di depan Buddha dan menunjukkan bokongmu seperti itu. Itu bukanlah seorang Buddhis.” Jadi, kemudian dia melarikan diri.

Saya menggunakan tongkat saya pada saat itu dan mengancamnya – saya akan memukulinya jika dia tidak pergi. Dan dia lari dan menangis kepada Kepala Biara, “Oh, Shifu (Guru), Shifu, Dia akan memukuli saya. Dia ingin memukuli saya.”

Saya merasa hal itu tidak benar. Tentu saja, saya masih muda, dan saya meminta maaf atas perilaku saya – bukan kepadanya, tidak. Saya tidak ingin dia merasa bahwa dia benar untuk melakukan itu. Ada banyak tempat untuk berolahraga, dan bahkan jika Anda ingin berolahraga di halaman kuil, Anda pergi ke halaman. Ada halaman yang luas di depan, dan jalan di depan kosong. Itu adalah sebuah desa kecil. Tidak ada orang yang mengemudi di sana. Bahkan jika mereka lewat, Anda tidak perlu berdiri di jalanan untuk melakukan itu. Anda tidak bisa berdiri di depan patung-patung Buddha dan mengibaskan bokong Anda seperti itu. Toh itu tidak terlihat bagus, apa pun alasan yang Anda katakan. Jadi, sejak saat itu, dia tidak pernah kembali ke kuil itu lagi.

Photo Caption: Salam Kasih, Yang Tinggi dan Murni!

Unduh Foto   

Tonton Lebih Banyak
Video Terbaru
33:07
2024-08-20
77 Tampilan
2024-08-20
70 Tampilan
Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android