Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • اردو
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • اردو
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Lagu, Komposisi, Puisi, dan Pertunjukan dari Maha Guru Ching Hai (vegan), Bagian 26 dari Seri Multibagian

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut

Namo Maitreya Muni Kasihanilah semua makhluk hidup yang benar-benar tidak berdaya Cahaya Ilahi menerangi yang bodoh Turun ke Bumi untuk selamatkan mereka yang merana!

Hidup adalah mimpi yang panjang, kelanjutan dari serangkaian mimpi, besar dan kecil. Siluet seekor burung di danau akhirnya lenyap, hanya ketenangan di permukaan danau yang tersisa, tak terhalang dan tanpa kekhawatiran. “Di danau, siluet angsa terbang Gerakan di air mengingatkan pada kekosongan di kehidupan lain.” Dan waktu terus berlanjut dalam khayalan sesaat sampai tiba hari dimana hati menjadi tenang. Pada saat itu, jiwa yang terbangun dan bulan yang penuh kegembiraan akan melimpah di seluruh dunia.

Awan meluncur di langit biru Aroma hujan di angin dingin Di danau, siluet angsa terbang Gerakan di air mengingatkan kekosongan di kehidupan lain Gelisah di malam hari, salah mengira mimpi sebagai kehidupan Di atas bantal, bulan bersinar lembut di larut malam Pikiran bermeditasi selama berjam-jam Pikiran damai, mimpi abadi

Selama perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur tahun 1997 di Los Angeles, California, AS bersama para penulis, seniman Âu Lạc (Vietnam) dan anggota Asosiasi kami, Maha Guru Ching Hai diundang ke panggung untuk membawakan lagu daerah “Pohon Bambu Anggun.”

Master: Lagu ini adalah cerita rakyat Âu Lạc (Vietnam) yang dikomposisi menjadi musik oleh guru, Beethoven dari Âu Lạc (Vietnam), Phạm Duy lagi. Dia mengatakan dia ingin kembali lagi karena dia memiliki sesuatu untuk dilakukan di sini. Saya berkata kepada orang lain, “Oke, selamat datang.” Aku tidak akan kembali. Saya kira tidak demikian. Saya tidak menyukainya. Namun kadang di sini menyenangkan.

OK, lagu ini saya nyanyikan karena saya ingin mempersembahkannya ke beliau, penghibur hebat di zaman kita. Ia telah membuat kita tepuk tangan, dia telah membuat kita menangis, dia telah dedikasikan hidupnya untuk melodi musik yang mulia. Dan sekarang saya mendapat kehormatan bernyanyi untuknya. Saya tahu mungkin untuk pertama kalinya, dan dia berharap bukan yang terakhir kalinya. Juga lagu ini, aku persembahkan untukmu.

Lagu ini berjudul “Kakak Kedua,” kalian kenal Big Sister. Di Âu Lạc (Vietnam), kami menyebut Tuhan nomor satu. OK? Jadi, apa pun yang lain, yang terbaik mungkin hanya nomor dua. Anda lihat? Jadi, kita tidak memanggil saudari pertama “Saudari Pertama.” Kami menyebutnya kedua. Kakak Kedua Itulah sebabnya mereka memanggil saya “Kakak Kedua.” Tidak. Aku menyebut diriku Kakak Kedua. Ya? Mereka memanggilku Kakak.

Jadi, lagu ini tentang seseorang yang jatuh cinta kepada Kakak Kedua. Anak perempuan pertama dalam keluarga mana pun. Dan itu adalah melodi dan lirik yang sangat indah dan sangat disukai. Itu sangat sederhana, ekspresi sederhana dari cinta murni masyarakat pedesaan. Dan dia menciptakan musik yang begitu indah sehingga saya harap saya tidak mempermalukannya dengan suara saya. Bagaimana pun, saya akan usaha semampu saya dan kita hanya bisa usaha semampunya. Dan aku persembahkan kepadamu, supaya setiap kali kamu kangen Kakak Kedua, kamu dapat memikirkan lagu ini lagi. OK?

Pohon bambu yang anggun Tumbuh di tepi kolam Kakak Kedua begitu cantik di mana pun ia berdiri Kakak Kedua begitu cantik di mana pun ia berdiri... Pohon bambu yang anggun Tumbuh di dekat rumah komunal desa Kakak Kedua begitu cantik bahkan saat dia berdiri sendirian... Kakak Kedua sangat cantik bahkan ketika dia berdiri sendirian... Pohon bambu yang anggun Tumbuh di tepi kolam Aku jatuh cinta pada Kakak Kedua Bagaimana mungkin dia tega mengabaikanku? Bagaimana bisa dia tega mengabaikanku?

Setelah sekian lama terpisah, dalam hati kedua mempelai, seluruh Langit dan Bumi seakan bersuka cita atas momen reuni. “Bumi ini bersemangat, Bergembira atas reuni kita, Hari yang menggembirakan dengan kebahagiaan yang diimpikan, Bersama seperti pertemuan pertama.” Suasananya selaras dengan cinta, kosmos terpesona oleh lagu-lagu gembira, dan kehidupan dipenuhi dengan wangi bunga.

Aku berangkat, Mengembangkan sayapku ke surga. Aku akan mengunjungimu! Dia yang aku sayangi... Aku akan mengunjungimu! Dia yang aku sayangi...

Bumi ini bersemangat, Bergembira atas reuni kita, Hari yang menggembirakan dengan kebahagiaan yang diimpikan, Bersama seperti pertemuan pertama. Janganlah kita mengingat Malam-malam kesusahan kita, Karena mulai sekarang Kita bersama Karena mulai sekarang Kita bersama Untuk waktu yang lama!

Lengan terbuka, Ciuman yang dalam dan lembut, Bersama malam ini, Mari kita lupakan hari kemarin Dan sisanya. Bersama malam ini, Mari kita lupakan hari kemarin Dan sisanya.

Kami berangkat saat matahari terbit, Kembali saat senja, Bernyanyi di malam bulan purnama, Bernyanyi bersama di hari yang berangin. Hidup adalah taman bunga yang harum, Oh, Mein! Hidup adalah taman bunga yang harum, Oh, Mein!

Menyadari bahwa hidup ini penuh ilusi dan melihat dengan jelas bahwa eksistensi manusia berarti keterikatan dan penderitaan, seseorang memulai perjalanannya, meninggalkan ilusi sementara dan keterikatan yang tidak penting untuk mencari Kebenaran, guna menemukan jalan menuju pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian.

Aku telah mencari Sang Buddha di mana-mana, Meninggalkan kekayaan dan kenyamanan, Meninggalkan harta benda dan orang-orang yang kucintai! Meninggalkan kehidupan seperti penginapan pinggir jalan, Hanya pertunjukan komedi – kesuksesan dan ketenaran!

Aku telah mencari kembalinya Sang Buddha Namun, gunung-gunung tinggi dan lautan luas Di manakah Engkau? Dunia ini gelap dan penuh kesengsaraan. Banyak sekali makhluk yang merindukan-Mu.

Namo Maitreya Muni Kasihanilah semua makhluk hidup yang benar-benar tidak berdaya Cahaya Ilahi menerangi yang bodoh Turun ke Bumi untuk selamatkan mereka yang merana!
Tonton Lebih Banyak
Semua bagian  (26/27)
Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android